Kamis, 26 Juli 2012

Kontroversi Chart Musik K-Pop di Korea Hasil Manipulasi?

Berita mengejutkan datang dari dunia musik K-Pop. Seperti yang dilansir Allkpop, chart musik di Korea Selatan dikabarkan merupakan hasil tidak nyata alias manipulasi. Hal ini dikatakan oleh seorang broker profesional dan langsung memicu kontroversi.

Pernyataan itu diungkapkannya kepada acara SBS "One Night of TV Entertainment" baru-baru ini. Alasan chart musik berdasarkan metode "penjualan album" untuk menentukan posisi chart juga ikut masuk investigasi acara ini.

"Ini sudah sering dilakukan. Tidak ada resiko dan bisnis seperti ini ada di China," kata broker itu. "Ini bisa meningkatkan posisi album di chart musik. Jika itu tujuannya, maka biayanya dimulai sekitar 100 juta won (sekitar Rp 1 miliar). Oleh karena itu hanya agensi besarlah yang mampu melakukannya, termasuk memesan posisi jawara di chart."

"Jika ingin mengincar posisi jawara begitu album dirilis, mereka harus menginvestasikan jumlah melebihi USD 87 ribu (Rp 825 juta)," tambahnya. "Itu harus dilakukan dengan cepat atau mereka nanti akan ketahuan."

Untuk agensi biasa, mereka kadang membuat kartu ID palsu untuk membeli album sebanyak mungkin, menaikkan kemungkinan ranking album di chart. Untuk artis baru, mereka akan menanjak perlahan. Mulai dari posisi ke-50, 30, 20 dan akhirnya posisi jawara secara perlahan.

Seorang sumber acara ini juga mengatakan pernah membantu sebuah girlband tidak terkenal menjadi pemenang SBS "Inkigayo" dengan menggunakan metode ini. "Harganya sekitar 150 juta won (sekitar Rp 1,5 miliar) untuk menaikkan posisi mereka dari peringkat 15 ke 7 selama sebulan," kata sumber itu. "Karena agensi bisa mengumpulkan uang untuk membayar broker melalui penjualan album, mereka sering menggunakan cara ini."

Selain menentukan chart musik, broker itu juga mengatakan kata kunci (keyword) pencarian secara real-time juga bisa diperjual-belikan. "Menaikkan posisi real-time keyword sangat mahal. Sekitar USD 4.300 (Rp 40 juta) per jam. Untuk masa puncak, harganya sekitar USD 7 ribu (Rp 66 juta) per jam," kata broker itu.

Walau menimbulkan kontroversi, tapi hal ini dibantah keras oleh salah satu juru bicara situs musik terkenal di Korea. "Ini tidak mungkin. Situs musik punya sistem autorisasi nama, batas pembelian untuk masing-masing ID, dan bahkan batas jumlah pembelian. Pembeli juga dilarang membeli album lain dengan ID yang sama. Aku penasaran bagaimana mungkin hal itu terjadi," kata juru bicara itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar